Makalah Zaman Praaksara atau zaman batu
MAKALAH
SEJARAH
WAJIB
Tentang
HASIL
KEBUDAYAAN PRAAKSARA
Disusun
Oleh Kelompok 4:
DEVA
MILASRI
ELA
NOPITA SUSANTI
JENI
OKTAVIA
MIKEL
KANDELA
FINDI
AYU NINGSIH
Kelas
X IIS3
Guru
Pembimbing:
FITRA
WATI, S.Pd
SMAN
3 SOLOK SELATAN
TP.2019/2020
KATA
PENGANTAR
Syukur
Alhamdulillah, segala puji atas kehadirat Allah swt, atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya yang dianugerahkan kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Penulisan
makalah ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi kita dalam proses
belajar.
Adapun
penulisan dalam makalah ini, disusun secara sistematis dan berdasarkan
metode-metode yang ada, agar mudah dipelajari dan dipahami sehingga
dapat menambah wawasan pemikiran para pembaca.
Dalam
penulisan makalah ini, Kami menyadari sepenuhnya adanya kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat Kami harapkan dari para pembaca
agar dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir
kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Lubuk Gadang, 03 September 2019
Penulis
Kelompok 4
DAFTAR
ISI
COVER
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan dan Manfaat Penulisan
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Zaman Batu Tua (Palaeolitikum)
B.
Zaman Batu Tengah (Mesolitikum)
C.
Zaman Batu Muda (Neolitikum)
D.
Zaman Batu Besar (Megalitikum)
E.
Zaman Logam
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Zaman Batu adalah periode ketika peralatan manusia
secara dominan terbuat dari bahan batu. Peninggalan alat-alat dari batu bisa
dibilang awet, dan bekas-bekas peninggalannya dapat ditemukan hingga sekarang
ini. Namun tidak dipungkiri bahwasanya pada masa ini pula manusia purba membuat
alat-alat dari bahan kayu atau bambu. Namun jejaknya tidak berhasil ditemukan,
karena jenis bahan ini rapuh dan mudah musnah.
Zaman batu tua disebut juga dengan nama Paleolitikum,
periode ini merupakan awal dari berlangsungnya zaman batu atau masa pertama.
Seperti yang kita ketahui, zaman batu dibagi menjadi empat periode, yaitu zaman
batu tua (paleolitikum), zaman batu tengah (mesolitikum),
zaman batu muda (neolitikum), dan zaman batu besar (megalitikum).
Pada kesempatan kali ini kita akan membahas secara
lengkap dan jelas mengenai pengertian zaman batu tua (paleolitikum) beserta
ciri-cirinya. Pembahasan kali ini sangat menarik, karena peninggalan zaman batu
tua sering kita jumpai di museum-museum dan sering juga dibahas sewaktu di
sekolah, yaitu kapak genggam dan kapak primbas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka didalam penulisan makalah ini kami akan membahas
tentang:
1.
Zaman Batu Tua (Palaeolitikum)
2.
Zaman Batu Tengah (Mesolitikum)
3.
Zaman Batu Muda (Neolitikum)
4.
Zaman Batu Besar (Megalitikum)
5.
Zaman Logam
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan dan
manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar kita semua paham dan mengerti
tentang apa dan bagaimana kehidupan pada:
1.
Zaman Batu Tua (Palaeolitikum)
2.
Zaman Batu Tengah (Mesolitikum)
3.
Zaman Batu Muda (Neolitikum)
4.
Zaman Batu Besar (Megalitikum)
5.
Zaman Logam
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Zaman
Batu Tua (Palaeolitikum)
Pengertian Zaman Batu Tua
Paleolitikum
Berdasarkan arti katanya, pengertian zaman batu tua
atau Paleolitikum adalah zaman yang memiliki ciri-ciri khas berupa perkembangan
alat-alat yang terbuat dari bahan batu. Kata Paleolitikum berasal dari bahasa
Yunani, terdiri dari dua kaya, yaitu palaios artinya purba
dan lithos berarti batu. Zaman ini diperkirakan berlangsung
kurang lebih pada 600.000 tahun yang lalu.
Artinya zaman batu tua terjadi pada masa pleistosen atau
diluvium. Alat-alat berbahan batu yang dibuat masih sangat sederhana dan kasar.
Dalam pembuatannya, tidak diasah maupun dipolis sehingga alat-alat dari bahan
batu buatan manusia periode ini masih dibilang secara kasar. Kemudian jika
dilihat dari sudut pandang mata pencahariannya, zaman batu tua disebut
sebagai masa berburu dan meramu makanan
tingkat sederhana.
Manusia pendukung zaman paleolitikum adalah Pithecantropus
Erectus, Meganthropus Paleojavanicus, Homo Wajakensis dan Homo Soloensis.
Fosil manusia ini berhasil ditemukan di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo.
Mereka memiliki kebudayaan Pacitan dan Ngandong. Kebudayaan Pacitan pada tahun
1935, Von Koenigswald berhasil menemukan alat-alat dari bahan batu,
salahsatunya kapak genggam di daerah Pacitan.
Seperti namanya, kapak ini digunakan dengan cara
digenggam dengan tangan. Kapak ini dikerjakan melalui cara masih sangat kasar.
Beberapa pakar menyebutkan alat pada zaman Paleolithikum dengan nama chopper.
Alat ini ditemukan di Lapisan Trinil. Tidak hanya di Pacitan, alat-alat dari
masa Paleolitikum juga ditemukan di daerah Lahat (Sumatera Selatan), Gombong
(Jawa Tengah), dan Sukabumi (Jawa Barat).
1. Jenis Manusia Pada Zaman Batu Tua (Paleolitikum)
Berdasar pada penemuan fosil manusia purba, jenis
manusia purba yang hidup pada zaman Paleolitikum yaitu Pithecanthropus Erectus,
Homo Wajakensis, Meganthropus paleojavanicus, dan Homo Soliensis. Fosil-fosil
manusia purba ini berhasil ditemukan di aliran Sungai Bengawan Solo.
2. Kebudayaan Pada Zaman Batu Tua (Paleolitikum)
Berdasar pada daerah penemuannya maka alat-alat
kebudayaan Paleolitikum itu dapat dikelompokkan menjadi kebudayaan Pacitan dan
kebudayaan Ngandong. Kebudayaan Pacitan salah satunya adalah kapak genggam.
Jenis kapak ini berhasil ditemukan di daerah Pacitan pada tahun 1935 oleh Von
Koenigswald.
Kemudian kebudayaan Ngandong ditandai dengan
berhasilnya menemukan alat-alat dari tulang, flakes, ujung tombak bergigi, dan
alat penusuk dari tanduk rusa. Peninggalan-peninggalan ini berhasil di temukan
di Ngandong dan Sidoarjo. Kebudayaan ini pula di dukung oleh penemuan lukisan
pada dinding goa seperti lukisan tapak tangan berwarna merah dan lukisan babi
hutan di Goa Leang Pattae, Sulawesi Selatan.
Zaman Paleolitikum ditandai dengan kebudayaan manusia
yang masih begitu sederhana. Beberapa ciri kehidupan manusia pada zaman
Paleolitikum, yaitu:
- Hidup
berpindah-pindah atau disebut Nomaden.
- Berburu
atau Food Gathering.
- Dan
menangkap ikan.
Alat-Alat Zaman Batu Tua
(Paleolitikum)
Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih
tetap kasar dan belum pula dihaluskan. Contoh alat-alat tersebut meliputi :
1. Kapak Genggam
Kapak genggam disebut juga dengan istilah
"chopper". Kapak ini banyak ditemukan di daerah Pacitan, Jawa Timur.
Dinamakan kapak genggam karena jenis kapak ini tidak mempunyai tangkai dan cara
penggunaannya di genggam. Fungsi kapak genggam yaitu untuk menggali
umbi-umbian, menguliti binatang dan memotong sesuatu.
2. Kapak Primbas
Kapak ini memiliki fungsi sebagai senjata. Selain itu,
kapak juga digunakan untuk merimbas kayu dan memahat tulang. Jenis kapak ini
ditemukan di Sukabumi (Jabar), Gombong (Jateng) dan Lahat (Sumsel).
3. Alat-alat dari Tulang Binatang dan Tanduk Rusa
Selain dari bahan batu, peninggalan zaman batu tua
atau paleolitikum lainnya yaitu dari bahan tulang binatang. Jenis peninggalan
ini termasuk ke dalam kebudayaan Ngandong. Contohnya seperti digunakan untuk
ujung tombak, dan alat penusuk.
4. Flakes
Flakes adalah alat-alat berukuran kecil yang dibuat
dari bahan batu Chalcedon. Flakes biasanya digunakan untuk mengupas makanan,
berburu, menangkap ikan atau mengumpulkan umbi-umbian. Flakes termasuk dari
kebudayaan Ngandong
B. Zaman Batu Tengah (Mesolitikum)
Secara
bahasa, mesolitikum mempunyai arti batu tengah “Bahasa Yunani: mesos “tengah”,
lithos batu”. Zaman Mesolitikum sendiri ialah zaman batu madya atau tengah.
Lalu, kenapa diartikan dengan kata tengah?
Hal
itu disebabkan, zaman ini terjadi bersamaan dengan masa holosen yang terjadi
sekitar 10.000 tahun silam. Di zaman inilah manusia dipercaya maish menggunakan
batu untuk peralatan sehari-hari.
Faktor Perkembangan Budaya
·
Keadaan alamnya relatif stabil, sehingga manusia di
zaman ini dapat hidup dengan lebih tenang, sehingga dengan hal itu mereka dapat
mengembangkan kebudayaan dengan lebih nyaman.
·
Adapaun manusia pendung di Zaman Mesolitikum yakni
homo sapiens lebih cerdas dari pendahulunya.
Ciri-ciri Zaman Mesolitikum
Adapaun ciri yang menunjukan Zaman Mesolitikum,
diantaranya yaitu:
·
Hidup menetap, sebab telah memiliki tempat tinggal
yang resmi seperti gua dan pantai.
·
Memiliki kemampuan bercocok tanam meski teknik yang
digunakan masih sangat sederhana.
·
Sudah mengenal atau bisa membuat kerajian gerabah.
·
Masih menerapkan sistem food gathering atau
mengumpulkan makanan.
·
Alat yang digunakan hampir sama dengan zaman
palaeolithikum, yakni alat yang terbuat dari bahan batu dan teksturnya masih
kasar.
·
Adanya sampah dapur yang disebut dengan kjoken
mondinger.
Kebudayaan Zaman Mesolitikum
Peradaban
Abris Sous Roche “Abris = Tinggal, Sous = Dalam, Roche = Gua”
Perdaban ini dimana manusia telah tinggal disuatu gua
yang dapat kita jumpai pada kebudayaan sampung bone di gua lawa, dekat sampung
ponorogo, Jawa Timur.
Beberapa temuan di lamoncong, sulawesi selatan tahun
1928-1931 oleh van Stein Callenfels seperti:
·
tulang manusia jenis Papua Melanesoid
·
flakes
·
alat-alat dari tulang
·
tanduk juga semakin memperkuat adanya kebudayaan ini.
Hal ini juga
didukung dengan temuan lukisan berupa cap tangan dan juga binatang di gua raha,
pulau muna, sulawesio tenggara serta danau sentani papua.
Tinggal di
tepi pantai
Selain di dalam gua, manusia di Zaman Mesolitikum juga
tinggal di sepanjang pantai dengan mendirikan rumah panggung sederhana.
Hal ini juga menghasilkan berbagai tumpukan sampah
yang berasal dari kulit siput dan kerang yang tertampung tepat di bawah rumah.
Sampah tersebut disebut sebagai kjokken moddinger (kjokken = dapur, moddinger =
sampah).
Temuan sampah dapur ini banyak terdapat di daerah
pantai timur Sumatra antara Langsa sampai Medan.
Peninggalan
Berupa Kapak Sumatra
Kapak Sumatra ini sama dengan kapak yang ditemukan di
Pegunungan Bacson dan daerah Hoabinh, Tonkin, Yunan Selatan.
Sehingga para ahli menyimpulkan bahwa di Tonkin
terdapat pusat kebudayaan pra-aksara Asia Tenggara yang selanjutnya diberi nama
dengan Kebudayaan Bacson-Hoabinh.
Kepercayaan Zaman Mesolitikum
Sistem
kepercayaan yang dianut pada Zaman Mesolitikum yakni animisme dan dinamisme.
Bukti
adanya kepercayaan animisme dan dinamisme ini terdapat pada lukisan di Goa
Leang-Leang, Sulawesi dengan gambar telapak tangan wanita serta gambar hewan
yang diyakini bisa mengusir roh jahat.
Kehidupan Zaman
Mesolitikum
Tentunya pada Zaman Mesolitikum, manusianya lebih
cerdas jika dibandingkan dengan para pendahulunya. Mereka telah hidup menetap
di dalam gua. Dan pantai serta telah memahami cara bercocok tanam meski teknik
yang digunakan masih sangat sederhana.
Karena mereka memilih goa dan pantai sebagai tempat
tinggal, maka banyak pula penemuan kebudayaan pada zaman itu di dalamnya.
Zaman Mesolitikum juga masih menggunakan peralatan
yang terbuat dari tulang dan tanduk sebagai peralatan sehari-hari untuk
mengumpulkan makanan.
Manusia zaman ini telah memiliki kemampuan dalam hal
membuat gerabah dari bahan tanah liat.
Benda pada Zaman Mesolitikum yang pernah ditemukan
diantaranya yaitu:
·
kapak genggam sumatra (sumatralith pebble culture)
·
flake (flakes culture) di daerah toala
·
alat dari bahan tulang (bone culture) di sampung.
Peninggalan dari zaman ini banyak ditemukan di pulau
sumatra, pulau jawa, pulau bali, dan nusa tenggara bagian timur.
Tak hanya itu, manusia di zaman ini juga mempunyai
kecerdasan yang lebih dari para pendahulunya yaitu zaman paleolitikum.
Dengan tatanan sosial yang lebih rapih, tenang,
tertata. Serta maju pada waktu itu menjadi bukti Zaman Mesolitikum ini lebih
maju atau baik.
Manusia Pendukung Zaman Mesolitikum
Adapaun
manusia pendukung zaman mesolitikum yakni bangsa melanosoid.
Bangsa tersebut seperti nenek moyang orang Sakai, Aeta, Aborigin serta Papua.
Alat pada Zaman
Mesolitikum
Beberapa
alat yang digunakan pada Zaman Mesolitikum, diantaranya seperti:
Pebble Sumatra (kapak genggam sumatra)
Kapak
genggam sumatra atau yang dikenal juga sebagai Pebble Sumatra ditemukan
oleh PV VAN Stein Callenfels di tahun 1925 saat ia sedang melakukan penelitian
di bukit kerang.
Bahan
dari pembuatan kapak ini yaitu berupa batu kali yang dipecah-pecah.
Hachecourt (kapak pendek)
Kapak
pendek atau hachecourt juga ditemukan oleh PV VAN Stein Callenfelsdi bukit
kerang. Namun bentuk dari kapak ini tidaklah sama, sesuai dengan namanya,
ukuran dari kapak ini lebih pendek dari kapak sebelumnya. Sehingga dinamakan
Hachecourt.
Pipisan
Pipisan
merupakan batu penggiling lengkap dengan landasannya. Tak hanya digunakan
sebagai penggiling makanan, alat ini juga difungsikan untuk menghaluskan cat
merah yang berasal dari tanah merah.
Peninggalan
Adapaun
peninggalan pada Zaman Mesolitikum, diantaranya sebagai berikut:
Abis sous roche
Abis
sous roche merupakan goa yang menjadi tempat tinggal atau rumah manusia pada
zaman mesolitikum kala itu.
Abis
sous roche pertama kali ditemukan di goa Lawa oleh Dr. Van Stein Callenfels ada
tahun 1928-1931.
Kjokkenmoddinger (sampah dapur)
Kjokkenmoddinger
merupakan istilah yang berasal dari bahasa Denmark yakni kjokken (dapur) serta
modding (sampah).
Kjokkenmoddinger
sendiri merupakan fosil yang berupa tumpukan dari kulit kerang dan siput yang
tingginya mencapai ± 7 meter.
Adanya
penemuan ini juga memperkuat bahwa manusia pada zaman ini telah hidup menetap,
sebab kebanyakan dari fosil ini ditemukan disepanjang tepi patai timur
Sumatera, antar daerah Medan sampai Langsa.
dr.
P.v. Van stein callenfels ditahun 1925 melakukan penelitian untuk
kjokkenmoddinger. Lalu ia menemukan kapak genggam yang berbeda dengan zaman
paleolitikum.
Kebudayaan Tulang dari Sampung (Sampung Bone
Culture)
Sebagian
besar temuan dari zaman ini berupa tulang, sehingga para ahli arkeolog
menyebutnya sebagai sampung bone culture.
Kebudayaan Bacson-Hoabinh
Bacson
hoabinh adalah kebudayaan yang ditemukan di dalam bukit kerang serta gua yang
berada di Indo-china, sumatera timur, serta melaka.
Disini
juga ditemukan alat lain seperti batu giling.
Cukup
unik dibanding dengan yang lain. Jika ada seseorang yang meninggal, peninggalan
yang satu ini akan memposisikan mayat dengan kondisi berjongkok. Serta
mencatnya dengan warna merah.
Konon
hal itu “agar mengembalikan hayat bagi mereka yang masih hidup”.
Kebudayaan Toala
Sebagian
besar dari kebudayaan Toala membuat alat yang berasal dari bahan batu dengan
bentuk menyerupai batu api berasal dari eropa. Sebagai contoh: kaleson, jaspis,
obsidian dan kapur.
Berbeda
dengan bacson hoabinh, penemuan ini akan menguburkan orang yang meninggal di
dalam gua dan pada saat tulang mayat telah mengering akan diambil kembali. Dan
diberikan kepada keluarganya sebagai bentuk kenang-kenangan.
Pada
umumnya, kaum perempuan pada masa itu akan menggunakan tulang tersebut sebagai
kalung.
Zaman
Mesolitikum ini telah mengalami banyak kemajuan dalam bidang kebudayaan.
Manusia di zaman ini telah mempunyai tempat tinggal semi permanen, mengenal
cara bercocok tanam. Hingga mempunyai kemampuan untuk membuat kerajinan dari
gerabah.
Hal
tersebut tentu saja sebagai bukti bahwa manusia pada Zaman Mesolitikum
mengalami perkembangan dan mulai berinovasi.
C. Zaman Batu Muda (Neolitikum)
Sekitar tahun 1.500 merupakan zaman
Neolitikum dan perubahan dalam kehidupan manusia pada saat itu sudah mengalami
perkembangan dari zaman sebelumnya. Mereka telah memulai kehidupan dengan
menetap di suatu tempat dan bercocok tanam. Berikut adalah ulasan tentang zaman
Neolitikum dan ciri-ciri, serta peninggalannya.
Zaman
Neolitikum dan Ciri-ciri serta Peninggalannya
Zaman Neolitikum artinya zaman batu
muda. Di Indonesia, zaman Neolitikum dimulai sekitar 1.500 SM. Cara hidup untuk
memenuhi kebutuhannya telah mengalami perubahan pesat, dari cara food gathering
menjadi food producting, yaitu dengan cara bercocok tanam dan memelihara
ternak.
Pada masa itu manusia sudah mulai
menetap di rumah panggung untuk menghindari bahaya binatang buas. Manusia pada
masa Neolitikum ini pun telah mulai membuat lumbung-lumbung guna menyimpan
persediaan padi dan gabah. Tradisi menyimpan padi di lumbung ini masih bisa
dilihat di Lebak, Banten.
Masyarakat Baduy di sana begitu
menghargai padi yang dianggap pemberian Nyai Sri Pohaci. Mereka tak perlu
membeli beras dari pihak luar karena menjualbelikan padi dilarang secara hukum
adat. Mereka rupanya telah mempraktikkan swasembada pangan sejak zaman nenek
moyang.
Pada zaman ini, manusia purba
Indonesia telah mengenal dua jenis peralatan, yakni beliung persegi dan kapak
lonjong. Beliung persegi menyebar di Indonesia bagian Barat, diperkirakan
budaya ini disebarkan dari Yunan di Cina Selatan yang berimigrasi ke Laos dan
selanjutnya ke Kepulauan Indonesia.
Kapak lonjong tersebar di Indonesia
bagian timur yang didatangkan dari Jepang, kemudian menyebar ke Taiwan,
Filipina, Sulawesi Utara, Maluku, Irian dan kepulauan Melanesia. Contoh dari
kapak persegi adalah yang ditemukan di Bengkulu, terbuat dari batu kalsedon;
berukuran 11,7×3,9 cm, dan digunakan sebagai benda pelengkap upacara atau bekal
kubur.
Sedangkan kapak lonjong yang
ditemukan di Klungkung, Bali, terbuat dari batu agats; berukuran 5,5×2,5 cm;
dan digunakan dalam upacara-upacara terhadap roh leluhur.
Selain itu ditemukan pula sebuah
kendi yang dibuat dari tanah liat; berukuran 29,5×19,5 cm; berasal dari Sumba,
Nusa Tenggara Timur. Kendi ini digunakan sebagai bekal kubur. Anda sekarang
sudah mengetahui Zaman Neolitikum.
Ciri-ciri
Zaman Batu Neolitikum (Zaman Batu Muda)
Zaman neolitikum (zaman batu baru)
kehidupan masyarakatnya semakin maju. Manusia tidak hanya sudah hidup secara
menetap tetapi juga telah bercocok tanam.
Masa ini penting dalam sejarah
perkembangan masyarakat dan peradaban karena pada masa ini beberapa penemuan
baru berupa penguasaan sumber-sumber alam bertambah cepat. Berbagai macam
tumbuh-tumbuhan dan hewan mulai dipelihara dan dijinakkan. Hutan belukar mulai
dikembangkan, untuk membuat ladang-ladang. Dalam kehidupan bercocok tanam ini,
manusia sudah menguasai lingkungan alam beserta isinya.
Masyarakat pada masa bercocok tanam
ini hidup menetap dalam suatu perkampungan yang dibangun secara tidak
beraturan. Pada awalnya rumah mereka masih kecil-kecil berbentuk
kebulat-bulatan dengan atap yang dibuat dari daun-daunan. Rumah ini diduga
merupakan corak rumah paling tua di Indonesia yang sampai sekarang masih dapat
ditemukan di Timor, Kalimantan Barat, Nikobar, dan Andaman. Kemudian barulah
dibangun bentuk-bentuk yang lebih besar dengan menggunakan tiang. Rumah ini
berbentuk persegi panjang dan dapat menampung beberapa keluarga inti.
Rumah-rumah tersebut mungkin dibangun berdekatan dengan ladang-ladang mereka
atau agak jauh dari ladang. Rumah yang dibangun bertiang itu dalam rangka menghindari
bahaya dari banjir dan binatang buas.
Oleh karena mereka sudah hidup
menetap dalam suatu perkampungan maka tentunya dalam kegiatan membangun rumah
mereka melaksanakan secara bergotong-royong. Gotong-royong tidak hanya
dilakukan dalam membangun rumah, tetapi juga dalam menebang hutan, membakar
semak belukar, menabur benih, memetik hasil tanaman, membuat gerabah, berburu,
dan menangkap ikan.
Masyarakat bercocok tanam ini
memiliki ciri yang khas. Salah satunya ialah sikap terhadap alam kehidupan sudah
mati. Kepercayaan bahwa roh seseorang tidak lenyap pada saat orang meninggal
sangat mempengaruhi kehidupan mereka. Upacara yang paling menyolok adalah
upacara pada waktu penguburan terutama bagi mereka yang dianggap terkemuka oleh
masyarakat. Biasanya yang meninggal dibekali bermacam-macam barang keperluan
sehari-hari seperti perhiasan, periuk, dan lain-lain agar perjalanan si mati ke
alam arwah terjalin keselamatannya. Jasad seseorang yang telah mati dan
mempunyai pengaruh kuat biasanya diabadikan dengan mendirikan bangunan batu
besar. Jadi, bangunan itu menjadi medium penghormatan, tempat singgah, dan
lambang si mati. Bangunan-bangunan yang dibuat dengan menggunakan batu-batu
besar itu pada akhirnya melahirkan kebudayaan yang dinamakan megalitikum (batu besar).
Kemajuan masyarakat dalam masa
neolitikum ini tidak saja dapat dilihat dari corak kehidupan mereka, tetapi
juga bisa dilihat dari hasil-hasil peninggalan budaya mereka. Yang jelas mereka
semakin meningkat kemampuannya dalam membuat alat-alat kebutuhan hidup mereka.
Alat-alat yang berhasil mereka kembangkan antara lain: beliung persegi, kapak
lonjong, alat-alat obsidian, mata panah, gerabah, perhiasan, dan bangunan
megaltikum. Beliung persegi ditemukan hampir seluruh kepulauan Indonesia,
terutama bagian barat seperti desa Sikendeng, Minanga Sipakka dan Kalumpang
(Sulwasei), Kendenglembu (Banyuwangi), Leles Garut (Jawa Barat), dan sepanjang
aliran sungai Bekasi, Citarum, Ciherang, dan Ciparege (Rengasdengklok). Beliung
ini digunakan untuk alat upacara.
Kapak lonjong ditemukan terbatas
hanya di wilayah Indonesia bagian timur seperti Sulawesi, Sangihe-Talaud,
Flores, Meluku, Leti, Tanibar dan Papua. Kapak ini umumnya lonjong dengan
pangkal agak runcing dan melebar pada bagian tajaman. Bagian tajaman diasah
dari dua arah sehingga menghasilkan bentuk tajaman yang simetris.
Alat-alat obsidian merupakan
alat-alat yang dibuat dari batu kecubung. Alat-alat obsidian ini berkembang
secara terbatas di beberapa tempat saja, seperti: dekat Danau Kerinci (Jambi),
Danau Bandung dan Danau Cangkuang Garut, Leuwiliang Bogor, Danau Tondano
(Minahasa), dan sedikit di Flores Barat.
Kebudayaan
Batu Muda (Neolithikum)
Hasil kebudayaan zaman batu muda
menunjukkan bahwa manusia purba sudah mengalami banyak kemajuan dalam menghasilkan
alat-alat. Ada sentuhan tangan manusia, bahan masih tetap dari batu. Namun
sudah lebih halus, diasah, ada sentuhan rasa seni. Fungsi alat yang dibuat
jelas untuk pengggunaannya. Hasil budaya zaman neolithikum, antara lain.
Kapak Persegi
Kapak persegi dibuat dari batu
persegi. Kapak ini dipergunakan untuk mengerjakan kayu, menggarap tanah, dan
melaksanakan upacara. Di Indonesia, kapak persegi atau juga disebut beliung
persegi banyak ditemukan di Jawa, Kalimantan Selatan, Sulawesi, dan Nusa
tenggara.
Kapak Lonjong
Kapak ini disebut kapak lonjong
karena penampangnya berbentuk lonjong. Ukurannya ada yang besar ada yang kecil.
Alat digunakan sebagai cangkul untuk menggarap tanah dan memotong kayu atau
pohon. Jenis kapak lonjong ditemukan di Maluku, Papua, dan Sulawesi Utara.
Mata Panah
Mata panah terbuat dari batu yang
diasah secara halus. Gunanya untuk berburu. Penemuan mata panah terbanyak di
Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
Gerabah
Gerabah dibuat dari tanah liat.
Fungsinya untuk berbagai keperluan.
Perhiasan
Masyarakat pra-aksara telah mengenal
perhiasan, diantaranya berupa gelang, kalung, dan anting-anting. Perhiasan
banyak ditemukan di Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
Alat Pemukul Kulit Kayu
Alat pemukul kulit kayu digunakan
untuk memukul kulit kayu yang akan digunakan sebagai bahan pakaian. Adanya alat
ini, membuktikan bahwa pada zaman neolithikum manusia pra- aksara sudah
mengenal pakaian.
D. Zaman Batu Besar (Megalitikum)
Zaman Megalitikum merupakan zaman batu
besar. Disebut zaman batu besar karena pada masa itu manusia yang hidup
menggunakan batu yang berukuran besar sebagai peralatan sehari-hari.
Maka dari itu, masa megalitikum disebut
juga sebagai zaman batu. Menurut hasil analisis dari para ahli arkeolog
menyebutkan ciri-ciri masa megalitikum terletak pada fosil yang temukan.
Dimana di zaman ini terdapat banyak
sekali peninggalan berupa kapak batu, rumah batu dan perlengkapan lain yang
terbuat dari batu.
Ciri-ciri
Zaman Megalitikum
Telah mengetahui system pembagian kerja.
Telah ada pemimpin atau kepala suku.
Sudah memanfaatkan logam untuk dijadikan
peralatan sehari-hari.
Sudah menerapkan sistem food producing
atau bercocok tanam.
Sudah ada norma-norma yang berlaku.
Menggunakan sistem hokum rimba(primus
interpercis) yakni memilih yang terkuat dari yang terkuat.
Kehidupan
Kehidupan sosial
Berkembang sejak zaman neolitimkun
hinggazaman perunggu manusia pada zaman megalitikum sudah bisa membuat serta
meninggalkan kebudayaaan di zaman batu besar.
Kehidupan kebudayaan
Megalitikum meninggalkan kebudayaan yang
cukup unik dan menarik. Bahkan di zaman modern sekarang ini, kita masih dapat
menjumpai kebudayaan tersebut.
Hal terebut disebabkan adanya suku di
Indonesia yang masih tetap melestarikan kebudayaan yang ada di masa
megalitikum.
Contohnya saja bangunan dengan batu yang
berundak, hal tersebut sama dengan peninggalan yang ada di zaman ini yang
disebut pundek berundak.
Selain itu, ciri dari kehidupan budaya
di zaman megalitikum ditandai dengan banyaknya temuan yang terbuat dari bahan
dasar batu.
Beberapa temuan tersebut diantaranya
adalah sebagai berikut:
kapak persegi
kapak lonjong
menhir
dolmen
kubur batu
waruga
sarkobagus
puden berudakarca
Kehidupan ekonomi
Alat-alat yang digunakan berbahan dasar
batu.
Kehidupan
kepercayaan
Mulai berinisiatif untuk mendirikan
bangunan batu yang berukuran besar atau megalitik sebagai tempat
beribadah.Budaya megalitik inilah yang menjadi ciri khas asli dari nenek moyang
Indonesia sebelum menerima pengaruh dari hindu islam serta kolonial.
Manusia
Pendukung Zaman Megalitikum
jenis manusia zaman megalitikum
Terdapat beberapa jenis manusia
pendukung yang hidup di zaman megalitikum, diantaranya sebagai berikut:
Meganthropus paleojavanicus ( manusia
berukuran besar )
Pithecanthropus ( manusia kera), dan
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Pithecanthropus erectus (manusia kera
yang jelannya tegak atau tegap)
b. Pithecanthropus mojokertensis
(manusia kera yang berasal dari Mojokerto)
c. Pithecanthropus soloensis (manusia
kera yang berasal dari Solo)
Peninggalan
Zaman Megalitikum
Zaman yang mulai berkembang sejak
revolusi Neolithikum, masa megalitikum memang lebih maju daripada zaman
pendahulunya.
Adapun beberapa hasil kebudayaan dan
peninggalan dari masa megalitikum yang dapat kita jumpai hingga sekarang,
diantaranya sebagai berikut:
Dolmen
Meja batu yang digunakan sebagai tempat
sesaji dan pemujaan terhadapt nenek moyang yang berfungsi sebagai penutup
sarkofagus.
Dolmen banyak ditemukan di daerah
Besuki, Jawa Timur dan dikenal sebagai pandhusa.
Kubur
Batu
Peti yang digunakan sebagai tempat
menyimpan jenaza yang terbuat dari batu. Daerah yang banyak ditemukan kubur
batu diantaranya: Bali, Pasemah “Sumatera Selatan”, Wonosari “Yogyakarta”, Cepu
“Jawa Tengah” dan Cirebon “Jawa Barat”.
Sarkofagus
Sarkofagus juga merupakan peti yang
digunakan untuk menyimpan jenazah, hanya saja bentuk dari sarkofagus seperti
palung atau lesung yang terbuat dari batu utuh dan telah diberi penutup.
Sarkofagus banyak ditemukan di daerah
Bali dan Bondowoso “Jawa Timur”
Punden
Berundak
Punden berundak adalah bangunan yang
berteras-teras yang digunakan sebagai tempat pemujaan roh nenek moyang. Dalam
perkembanyannya, pundek berundak juga disebut sebagai bentuk awal dari candi di
Indonesia.
Pundek berundak banyak ditemukan di
daerah Lebak Sibedug “Banten Selatan”, Leles “Garut” serta Kuningan “Jawa
Barat”.
Menhir
Menhir adalah sebuah batu besar tunggal
yang bentuknya seperti tiang atau tugu, fungsinya sebagai tanda peringatan
arwah nenek moyang.
Menhir ini banyak ditemukan di daerah
Pasemah “Sumatra Selatan”, Ngada “Flores”, Rembang “Jawa Tengah” serta Lahat
“Sumatra Selatan”.
Lengkapi juga kegiatan belajar kamu
dengan mengunjugi halaman Zaman Mesozoikum dengan teknik pembahasan yang
menarik!
Arca
atau Patung
Arca atau patung adalah batu yang
berbentuk binatang atau manusia untuk melambangkan nenek moyang serta digunakan
sebagai pujaan.
Arca atau patung ini banyak ditemukan di
daerah Pasemah “Sumatra Selatan” serta lembah Bada Lahat “Sulawesi Selatan”.
E. Zaman Logam
Zaman Logam adalah
suatu zaman yang ditandai dengan perkembangan kemampuan manusia yang sudah
memiliki kemampuan untuk membuat berbagai alat yang berbahan dari logam.
Alat-alat yang diciptakan tentu dipergunakan sebagai penopang kehidupan mereka
pada saat itu. Dari perkembangan zaman yang menunjukkan bahwa manusia pada masa
itu sudah bisa membuat alat dari logam menunjukkan bahwa peradaban dan
kebudayaan manusia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Apalagi jika
dibandingkan dengan masa zaman
batu, tentu sangat jauh berbeda. Namun demikian, meski pada masa zaman logam
sudah banyak alat dari logam, namun alat-alat dari batu masih digunakan tidak
ditinggalkan sama sekali.
Jika dilihat dari proses pembuatannya, pembuatan alat
dari bahan baku logam ini bisa dikatakan lebih mudah dari pada membuat alat
dari batu. Karena dalam pembuatannya, alat dari batu ini harus melalui proses
yang cukup panjang seperti harus dipukul, diratakan, juga diasah dan dihaluskan
dan tentunya tak jarang batu itu hancur tak bisa digunakan. Sedangkan pembuatan
alat dari logam ckup mudah yaitu dengan hanya melebur terlebih dahulu logam
tersebut dan kemudian tinggal dituangkan ke cetakan dan disesuaikan dengan alat
yang dkehendaki.
Proses pembuatan alat dari logam ini tentu menunjukkan
bahwa pada saat itu peradaban dan teknologi sudah canggih. Hal ini ditunjukkan
bahwa pada masa itu masyarakat sudah bisa melebur logam dan bisa membuat
alat-alat dari logam. Zaman logam ini sering juga disebut sebagai zaman
perundagian. Zaman logam sendiri juga memiliki pembagiannya pada beberapa
bagian. Di bawah ini adalah pembagian zaman logam sesuai dengan jenis logam
yang dimanfaatkan.
Pembagian Zaman Logam
Zaman Logam
Tembaga
Pengertian zaman logam tembaga adalah, zaman dimana
masyarakatnya menggunakan tembaga sebagai bahan untuk membuat alat-alat
kebutuhan hidupnya. Jadi hampir keseluruhan alat yng digunakan adalah berasal
dari logam tembaga.
Zaman Logam
Perunggu
Pengertian zaman logam perunggu adalah, zaman dimana
manusia dan masyarakatnya menggunakan dan membuat alat dari bahan perunggu.
Contoh alat pada zaman logam perunggu ini adalah kapak corong, nekara dan moko.
Kapak corong sendiri memiliki bentuk mirip seperti corong yang pada bagian
sembirnya belah. Pada bagian dalam corong tersebut kemudian diisi dengan kayu
yang menyiku pada bidang kapak. Kapak corong ini sering juga disebut sebagai
kapak sepatu karena memang bentuknya sangat mirip dengan sepatu yang tangkainya
mirip dengan kaki manusia.
Sedangkan nekara adalah suatu benda yang terbuat dari
logam perunggu yang pada bagian tengah dan sisi atasnya tertutup. Di daerah
lain seperti di daerah Pulau Alor, Nusa Tenggara, benda ini disebut juga dengan
moko. Moko adalah benda sejenis dengan nekara namun memiliki ukuran yang lebih
kecil.
Zaman Logam
Besi
Pengertian Zaman Logam Besi adalah zaman dimana
manusianya membuat berbagai alat untuk menunjang kebutuhan hidup mereka dengan
bebahan dasar logam besi. Caranya sama seperti cara logam lain, yaitu dengan
meleburnya terlebih dahulu baru kemudian dituangkan ke sebuah cetakan yang
disesuaikan dengan alat yang diinginkan. Pada zaman ini, pembuatan alat-alat
kebutuhan hidup lebih sempurna dari pada pada zaman tembaga atau perunggu. Alat
yang sudah dibuat pada zaman ini antara lain adalah mata kapak dan mata tombak.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demikianlah
makalah yang sangat sederhana ini dibuat, semoga memberikan manfaat dan
menambah wawasan bagi pembaca semua.
B. Saran
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
dimasa yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar